Sabtu, 24 Maret 2012

Hakekat Cinta

Cinta itu laksana pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bahagian yang kosong berarti cinta itu berkurang. Apabila Allah s.w.t. cinta kepada kita maka seluruh makhluk di langit dan di bumi akan mencintainya bertepatan dengan hadith dari Abu Hurairah bahawa Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang bermaksud: “Jika Allah s.w.t. mencintai seseorang hamba, maka Jibril berseru, “Sesungguhnya Allah s.w.t. mencintai Fulan, maka cintailah dia!” Maka para penghuni langit mencintainya,

Cinta & Sahabat

Cinta dan persahabatan adalah jalinan kasih yang indah untuk dilupakan... terkadang kita dapat merasakan sakit yang teramat sangat ketika kita berfikir untuk seorang sahabat...I've been throught this moment...

Ternyata benar kata orang-orang mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yg mementingkan diri sendiri..Tapi kala ego itu muncul, kadang kita dengan mudahnya bisa melupakan arti sejati dari persaabatan..Sering pula kita harus menelan pil pahit demi kebahagiaan seorang sahabat..

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang sangat melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya...

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur,disakiti, diperhatikan, dikecewakan, didengar, diabaikan, dibantu, ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian..

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Selasa, 20 Maret 2012

Puisi cinta



CINTA

Cinta..
Kau hadir dengan sejuta harapan..
Segenggam impian dan angan,
Janjikan tawa canda penuh bahagia..
Tapi mengapa harus luka yang kudapat??
Kepedihan hati yang tak terobati,
disaat hati ini telah kuyakini..

Diantara bintang aku bertanya..
berbiaskan cahaya rembulan..
Apakah ini yang namanya cinta??
Indah yang sekejap mata..
namun sakitnya tak terhinnga..
Kata-katapun tak mampu wakili..
akan pedih hati ini..

CINTA itu bahagia tapi menyakitkan..
saat kita mencintai, kita bahagia..
saat kita cemburu, kita terluka..

CINTA tak harus memiliki?
“itu bohoong !!
semua orang ingin memiliki, bahkan kadang merasa harus memiliki..

Dengan melihat orang yang dicintai bahagia, kita pun bahagia?
“bohoong”!!!
kita hanya pura2 bahagia,,
di saat hati kita sakit, itu mengajarkan kita untuk menjadi MUNAFIK..

Lebih bahagia dicintai dari pada mencintai?
“itu salah”!!!
saat di cintai kita hanya merasa bangga,
namun saat mencintai kita dapat merasakan arti bahagia sesungguhnya..



MIMPI YANG HILANG

Dibawah hamparan gelap luas yang bertabur bintang
Aku menatap satu bintang yang paling terang
Aku menatapnya dengan penuh harapan
Seolah itu kau
Yang kini jauh seakan hilang..

Selama ini
Aku mencoba tuk selalu mengerti hatiku
Namun ternyata semua masih semu ku rasakan
Nama yang terukir dalam karang hatiku
Kini seakan terkikis
Oleh ombak yang menghantam..

Aku dan jenuhku, Bersamaan membisu
Terlalu jauh untuk maraih bintang yang sedang ku tatap
Aku dan senyumku
Mengikuti diam termenung
Namun tercipta sebuah mimpi
Yang hilang hanya dalam sekejap

Kamis, 15 Maret 2012

Assholach_Kata-kata MUTIARA

Emosi tidak akan membimbingmu pada suatu pemikiran atau tindakan positif. oleh sebab itu tenangkan dirimu.

Maafkan kesalahan masa lalu, jangan sesali. Kemudian tegaslah membebaskan diri untuk hidup seutuhnya sekarang, dan dimasa depan.

Kamu tak akan bisa mendapatkan yang kamu inginkan jika kamu terlalu sibuk mengeluhkan apa yang telah kamu miliki. Bersyukurlah!

Tuhan memuliakan mereka yang mau bekerja keras. Dan modal utama untuk keberhasilan adalah kerja keras yang diiringi doa.

Jangan mengeluhkan masalah, karena Tuhan mempunyai tujuan tuk perjuanganmu saat ini. Pelajarilah apa yang hendak Tuhan ajarkan.

Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan.

Kesederhanaan semburat warna krem pada tata ruas wajah, memberikan kesan flawless dan chic.

Untuk pemilik wajah putih, riasan mata dan bibir dengan pilihan warna-warna nuansa sedikit terang mampu membuat wajah tidak terlalu pucat.

Tak ada yg salah dalam menunjukkan kamu peduli tentang seseorang, yg salah adalah mengharapkan dia tuk melakukan hal yg sama.

Jangan pedulikan dia yg membencimu, dia bukan orang yg pantas dapatkan perhatianmu. Yg penting adalah dia yg selalu ada untukmu.

Dalam hidup, orang tak akan peduli berapa banyak yg kamu tahu hingga mereka tahu berapa banyak kamu peduli pada mereka.

Kau takkan tahu sbrp tulus ssorg mencintaimu sampai kau melihat sbrp tulus ia mencintaimu dlm kondisi terburukmu

Ketika kamu membenci seseorang, kamu sedang membuat hidupmu semakin rumit.

Jangan pernah menyerah! Jika Tuhan belum menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana yg lebih baik tuk hidupmu.

Jangan tanyakan mengapa seseorang membencimu, sebelum kamu tanyakan dirimu sendiri mengapa kamu peduli akan hal itu.

Hanya karena kamu telah dapatkan cintanya, tak berarti kamu berhenti melakukan hal yg kamu lakukan ketika berusaha dapatkannya.

Seorg pria sejati tdk bisa dikelabui oleh matanya. Seorang wanita sejati tdk bersembunyi dibalik penampilannya.

Bahagia adalah milik mereka yg bangga menjadi dirinya sendiri, tanpa mencemaskan apa yg dipikirkan orang lain tentangnya.

Jangan berpikir kamu tak mampu hidup tanpa dia yg meninggalkanmu. Percaya, ada seseorang yg lebih baik menunggumu di luar sana.

Janji tak akan berarti apa-apa jika kamu tak bisa menepatinya. Daripada berjanji, lebih baik tunjukkan dgn tindakan nyata.

Berhenti menyalahkan masa lalu, cobalah tuk menerimanya dan memahami bahwa ia telah jadikanmu pribadi yg lebih kuat.

Jangan terlalu memikirkan masa lalumu, kini mereka hanya kenangan. Tatap masa depanmu karena disanalah impian.

Hidup ini pilihan. Kamu yg sekarang adalah pilihan yg kamu ambil di masa lalu. Bijaklah dalam memilih langkahmu selanjutnya.

Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, cintai dirimu. Hari ini kamu bisa memulai yg baru. Beri yg terbaik tuk masa depanmu.

Ketika masalah datang, selesaikan dng cepat sebelum menjadi lbh buruk atau kekhawatiranmu membuatnya makin rumit.

Jika kamu ingin seseorang percaya padamu, hal pertama yg harus dilakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kamu mempercayai mereka.

Mendengarkan musik favorit akan melebarkan pembuluh darah, sehingga meningkatkan aliran darah.

Durian mengandung banyak asam amino triptofan, yang berguna untuk mengurangi rasa gelisah, depresi dan mengobati insomnia.

Sahabat adalah seseorang yg slalu ada disampingmu, yg sabar mendengarkan keluh kesahmu, dan bersedia menemanimu menjalani hidup.

Jangan pernah mengeluh atas kekuranganmu, karena kekurangan mengingatkanmu untuk terus mencari kekuatan yg ada dalam dirimu.

Bahagia bukan berarti segalanya sempurna. Bahagia adalah ketika kamu memutuskan tuk melihat segala sesuatu secara sempurna.

Kegagalan adalah cara Tuhan mengajarkan kamu tentang pantang menyerah, kesabaran, kerja keras dan percaya diri.

Assholach_Surat Al-fathir 27-28 tentang pendidikan

.QS. Al-Fathir, 35:27-28.
اَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً، فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا، وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيْضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَنُهَا وَ غَرَابِيْبُ سُوْدٌ (٢٧) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهُ كَذَلِكَ، إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَائُوْا، إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ(٢٨)
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Fathir, 35:27-28)
Selanjutnya berkenaan dengan ayat tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
Alwanuha: warna-warnanya, seperti merah kuning, hijau dan lain sebagainya.
Al-Judad: jamak dari juddah, artinya: jalan, yaitu jalan yang bermacam-macam warnanya, digunung dan semisalnya.
Al-Gharabib: jamak dari ghirbib: hitam pekat. Orang mengatakan aswadu ghirbib (hitam pekat) abyadhu baqiq (putih cemerlang) asfaru faqi’ (kuning kemilau) dan ahmaru qanim (merah membara).5
Pada ayat ini Allah menguraikan beberapa hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaannya yang oleh kaum musyrikin dapat dilihat setiap waktu yang kalau mereka menyadari pula ke-Esaan dan kekuasaan Allah yang Maha Sempurna itu. Allah menjadikan sesuatu yang beraneka ragam macamnya yang bersumber dari yang satu. Allah menurunkan buah-buahan yang beraneka ragam warna, rasa dan baunya. Sebagaimana yang kita saksikan buah-buahan itu warnanya ada yang kuning, ada yang merah dan sebagainya.
Kemudian dalam ayat (28) Allah menjelaskan tentang hal-hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaanya. Allah SWT, menciptakan binatang-binatang melata dan binatang ternak, yang bermacam-macam warnanya, sekalipun dari jenis-jenis yang satu. Bahkan ada binatang yang satu sering terdapat warna yang bermacam-macam.
Tentang ulama atau orang-orang yang berilmu pengetahuan, Ibnu Katsir telah menafsirkan “tidak lain orang yang akan merasa takut kepada Allah itu hanyalah ulama yang ma’rifat yaitu mengenal Tuhan menilik hasil kekuasaan dan kebesarannya yang mempunyai sekalian sifat kesempurnaannya dan yang mempunyai al-Asma’ul Husna apabila ma’rifat bertambah sempurna dan ilmu terhadap-Nya bertambah matang, ketakutan kepada-Nya pun bertambah besar dan bertambah banyak.6
Dari ayat 27 dan 28 tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:7
1.Tanda-tanda kekuasaan Allah ialah diturunkannya hujan, tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan yang beraneka ragam.
2.Demikian juga manusia, binatang-binatang diciptakan Allah bermacam-macam warna jenisnya sebagai tanda kekuasaanNya.
3.Yang benar-benar mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan mentaatinya hanyalah ulama, yaitu orang-orang yang mengetahui secara mendalam kebesaran Allah. Dia Maha Perkasa menindak orang-orang kafir, Maha Pengampun kepada hamba-hambanya yang beriman dan taat.

Assholach_Surat Al 'Alaq ayat 1 - 5 dalam beberapa tafsir ...

jarang jarang nulis yang begini, kalo ada yang salah mohon koreksinya lah ya...,.,.,!!! Kemaren dapet tugas dari dosen buat bahan persetasi doank.,,.,. . Daripada disimpen di flashdisk aja, mending di uplod ke blog dah, lumayan biar blognya gak teralu kosong...:) hheheehehhe


Disebutkan dalam hadist hadist sahih, bahsa Nabi SAW mendatangi gua Hira' (Hira' adalah nama sebuah gunung di Mekkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari. Beliau kembali pada istrinya – Siti Khadijah – untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari – di dalam gua – beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu Illahi. Malaikat berkata kepadanya, "Bacalah!" Beliau menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Perawi mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang nabi dan menekan nekannya hingga nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, "Bacalah!" Nabi menjawab, "saya tidak bisa membaca". Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat memegang nabi dan menekan-nekannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5.


Tafsir Al Maraghi
(اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ ال؎ّذِي خَلَ)
Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan menulis. Kemudian datang perintah Illahi agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.

(خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَ)
Sesungguhnya zat yang maha menciptakan manusia, sehingga menjadi Makhluknya yang paling mulia – ia menciptakan dasri segumpal darah ('Alaq). Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan dengan ilmu pengetahuan bisa mengolah bumi serta menguasai aa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat Yang menciptakan manusia, mampu menjadikan manusia yang paling sempurna, yaitu Nabi SAW – bisa membaca, sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.


(اقْرَأْ)
Perintah ini di ulang ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah di ulang ulang dan dibiasakan. Berulang ulangnya perintah Illahi sama bepengertian sama dengan berulang ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi SAW.
Perhatikan firman Allah berikut ini.
سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنسَى
"kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa". (Al-A'la, 87:6)

Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh Muhammad SAW kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala malaikat berkata kepadanya, "Bacalah!" Kemudian Muhammad menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Artinya, saya ini buta huruf – tidak bisa membaca dan menulis. Untuk itu Allah berfirman :
(وَرَبُّكَ الْأَكْرَ)
Tuhanmu maha pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. Baginya amat mudah mnganugerahkan kepandaian membaca kepadamu – berkat kemurahan-Nya.
Kemudian Allah menambahkan ketentraman Nabi SAW. Atas bakat baru yang ia miliki melalui firman-Nya :
(الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ)
yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena, adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh karena itu Zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi – sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau manusia yang sempurna.
Disini Allah menyatakan bahwa dirinyalah yang telah menciptakan manusia dari 'alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantara qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Seolah – olah ayat ini mengatakan "Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling randah dan hina, kepada tingkatan paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuatan yang menciptakan kesemuanya dengan baik".


Kemudian Allah menambahkan penjelasan-Nya dengan menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia melalui firmannya :
(عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَ)
sesungguhnya Zat yang memerintahkan Rasul-Nya membaca – Dia lah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh umat manusia, sehingga manusia berbeda dari makhluk lainnya. Pada mulanya manusia itu bodoh – ia tidak mengetahui apa – apa. Lalu apakah mengeherankan jika ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat unutk menerimanya?
Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan.

Tafsir Al Azhar
(اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَ)
"Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang mencpta."
Dalam suku pertama saja, yaitu "bacalah", telah terbuka kepenting`n pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi SAW disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu (خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَ) "Menciptakan manusia dari segumpal darah." (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki – laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (Madhghah).

Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah ummi, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pula pandai membaca yang tertulis. Tetapi Jibril mendesaknya pula sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun tidak pandai menulis, namun ayat – ayat itu akan dibawa langsung oleh Jibril kepadanya, diajarkan, sehingga ia dapat menghapal diluar kepala, dengan sebab itu akan dapatlah ia membacanya. Tuhan Allah yang menciptakan semuanya. Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat – ayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga bilamana wahyu – wahyu itu telah turun kelak, dia alan diberi nama Al-Qur'an.
اقْرَأْوَرَبُّكَ الْأَكْرَ
"Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia"
Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di atas nama Allah yng a menciptakan insan dari segumpal darah, dirteruskan lagi emnyusunnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan selalu akan diambil jadi sandaran hidup ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhluk-Nya; الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ "Dia yang mengajarkan dengan kalam." Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaan-Nya yang tertinggi. Yaitu diajarkannya berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkannya berbagai kunci untuk pembuka pembendaharaan Allah, yaitu denagn qalam. Denagn pena! Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang di tulis pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَ "mengajari manusia apa apa yang dia tidak tahu." (Ayat 5)

Tafsir Fi Zilalil Qur'an
(اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَ)
(Wahai Muhammad!) Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang telah menciptakan (seluruh makhluk) ”
ltulah surah pertama al-Qur’an. Ia dimulakan dengan nama Allah. Ia mengarahkan Rasul-Nya s.a.w. pada kali yang pertama beliau berhubung dengan al-Mala’ul-A’la, dan pada kali pertama beliau menghayunkan langkahnya di jalan da’wah di mana beliau dipilih Allah untuk-Nya. Allah mengarah beliau supaya membaca dengan nama Allah .
Ayat ini dimulakan dengan menyebut secara umum salah satu dari sifat-sifat Allah iaitu sifat mencipta dan memulakan penciptaan . Kemudian diiringi dengan menyebut khusus tentang penciptaan dan asal mula kejadian makhluk manusia .
(خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَ)
Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
Yakni dari titik darah beku yang melekat di dalam rahim. Iaitu dari asal mula yang sangat kecil dan bersahaja, kemudian dengan limpah kemurahan-Nya dan dengan qudrat kuasa-Nya. Allah mengangkatkan segumpal darah itu kepada darjat manusia yang mengerti dan boleh belajar .
(اقْرَأْوَرَبُّكَ الْأَكْرَ)
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.”
(الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ)
Yang mengajar dengan pena. "
(عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَ)
Ia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Di samping menjelaskan hakikat penciptaan manusia, ayat itu juga menjelaskan hakikat mengajar iaitu bagaimana Allah mengajar manusia dengan pena, kerana pena selama-lamanya merupakan alat mengajar yang paling luas dan paling mendalam kesannya dalam kehidupan manusia. Pada masa itu, hakikat peranan pena belum lagi jelas seperti yang kita ketahui dalam kehidupan manusia sekarang ini. Tetapi Allah S.W.T. Amat mengetahui nilai pena, kerana itulah Ia menyebutkannya pada detik pertama kemunculan agama yang terakhir bagi umat manusia dan pada surah yang pertama dan surah-surah al-Quranul-Karim. Namun begitu Rasulullah s.a.w. sendiri yang membawa surah ini bukanlah seorang yang pandai menulis dengan pena. Oleh itu andainya al-Qur’an itu bukannya wahyu dari Allah, malah perkataan yang dikarangkan oleh beliau tentulah beliau tidak akan menonjolkan hakikat peranan pena itu pada detik pertama da’wahnya. hakikat ini tentulah tidak tertonjol andainya al-Quran itu bukannya wahyu dan bukannya perutusan dari Allah.
Kemudian ayat ini menjelaskan sumber pengajaran iaitu sumbernya ialah Allah. Dari Allah, manusia mengambil ilmu pengetahuan yang telah dan sedang diketahuinya. Dari Allah, manusia mengetahui segala rahsia alam yang dibuka kepadanya mengetahui segala rahsia kehidupan dan rahasia rahasia dirinya sendiri. Segala-galanya datang dari satu sumber dan di sana tiada sumber yang lain dari Allah.
Dengan bahgian awal surah ini, yang diturunkan pada detik pertama Rasulullah s.a.w. berhubung dengan al-Malaul-A’la, diletakkan batu asas kefahaman keimanan yang luas, iaitu setiap urusan, setiap gerak langkah dan setiap tindakan hendaklah dimulakan dengan nama Allah dan diteruskan dengan nama Allah. Kepada Allah ia menuju dan kepada-Nya ia kembali. Dan Allah itulah yang mencipta dan Dialah juga yang mengajar. Dari Allah asal mula kejadian dan dari Allah datangnya segala pengajaran dan segala ilmu pengetahuan. Manusia belajar dan mengajar, dan seluruhnya bersumberkan Allah yang Mencipta dan Mengajar .

Tafsir Jalalain
  1. اقْرَأْ (Bacalah) maksudnya mulailah membaca dan memulainya -بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan) semua makhluk.<.span>
  2. خَلَقَ الْإِنسَانَ (Dia telah menciptakan manusia) atau jenis manusia -مِنْ عَلَقٍ (dari ‘alaq) lafal ‘Alaq bentuk jamak dari lafal ‘Alaqah, artinya segumpal darah yang kental.
  3. اقْرَأْ (Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama - وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra’.
  4. الَّذِي عَلَّمَ(Yang mengajar) manusia menulis – بِالْقَلَمِ (dengan qalam) orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.
  5. عَلَّمَ الْإِنسَانَ (Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis manusia -مَا لَمْ يَعْلَمْ (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya.



Kesimpulan
Sesungguhnya Allah maha menciptakan dan Ia mampu menciptakan makhluknya agar bisa membaca, sekalipun makhluk itu tidak dapat membaca. Dalam ayat ayat ini pula terkandung bukti yang menunjukkan bahwa Allah yang menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara dari sesuatu yang tidak ada tanda – tanda kehidupan padanya, tidak berbicara serta tidak ada rupa dan bentuk secara jelas. Dalam ayat ini pula dijelaskan bahwa Qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Tetapi dengan Qalam atau pena itu justru bisa berbagi ilmu dan pengetahuan. Karna terkadang ilmu tidak hanya terletak pada fikiran dan lisan, namun juga pada tulisan.



Pustaka
Qutbh, Sayyid (2004). Tafsir Fi Zilalil Qur'an.
Hamka, Prof. Dr. (1999). Tafsir Al – Azhar
Al Maraghi, Ahmad Mustofa (1987). Tafsir Al Maraghi
Jalaluddin Asy-Syuyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al Mahalliy. Tafsir Jalalain

Assholach_sistem pendidikan ala pesantren



 pendidikan aLa Pesantren

Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Karena, sebelum datangnya Islam ke Indonesia pun lembaga serupa pesantren ini sudah ada di Indonesia dan Islam tinggal meneruskan, melestarikan dan mengislamkannya. Jadi pesantren merupakan hasil penyerapan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Islam kemudian menjelma menjadi suatu lembaga yang kita kenal sebagai pesantren sekarang ini.
Akar-akar historis keberadaan pesantren di Indonesia dapat di lacak jauh ke belakang, yaitu pada masa-masa awal datangnya Islam di bumi Nusantara ini dan tidak diragukan lagi pesantren intens terlibat dalam proses islamisasi tersebut. Sementara proses islamisasi itu, pesantren dengan canggihnya telah melakukan akomodasi dan transformasi sosio-kultural terhadap pola kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, dalam prespektif historis, lahirnya pesantren bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan pentingnya pendidikan, tetapi juga untuk penyiaran agama Islam. Menurut M. Dawam Raharjo, hal itu menjadi identitas pesantren pada awal pertumbuhannya, yaitu sebagai pusat penyebaran agama Islam, disamping sebagai sebuah lembaga pendidikan[1].
Pesantren merupakan sistem pendidikan tertua khas Indonesia. Ia mdrupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi para pencita ilmu dan peneliti yang berupaya mengurai anatominya dari berbagai demensi. Dari kawahnya, sebagai obyek studi telah lahir doktor-doktor dari berbagai disiplin ilmu, mulai dari antropologi, sosiologi, pendidikan, politik, agama dan lain sebagainya. Sehingga kita melihat pesantren sebagai sistem pendidikan Islam di negeri ini yang kontribusinya tidak kecil bagi pembangunan manusia seutuhnya.
Sistem pendidikan di pesantren mengadopsi nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Keadaan ini menurut Abdurrahman Wahid disebut dengan istilah subkultur. Ada tiga elemen yang mampu membentuk pesantren sebagai subkultur : 1) pola kepemimpinan pesantern yang mandiri, tidak terkooptasi oleh negara. 2) kitab-kitab rujukan umum yang selalu digunakan dari berbagai abad. 3) sistem nilai yang digunakan adalah bagian dari masyarakat luas.[2] Tiga elemen ini menjadi ciri yang menonjol dalam perkembangan pendidikan di pesantren. Pesantren baru mengkin bermunculan dengan tidak menghilangkan tiga elemen itu, kendati juga membawa elemen-elemen lainnya yang merupakan satu kesatuan dalam sistem pendidikannya.
Secara esensial, sistem pendidikan pesantern yang dianggap khas ternyata  bukan sesuatu yang baru jika dibandingkan sistem pendidikan sebelumnya. I.P. Simanjutak   menegaskan bahwa masuknya Islam tidak mengubah hakikat pengajaran agama yang formil. Perubahan yang terjadi sejak pengembangan Islam hanyalah menyangkut isi agama yang dipelajari, bahasa yang menjadi wahana bagi pelajaran agama itu, dan latar belakang para santri.[3] Dengan demikian, sistem pendidikan yang dikembangkan pesantren dalam banyak hal merupakan hasil adaptasi dari poal-pola pendidikan yang telah ada dikalangan masyarakat Hindu-Budha sebelumnya. Jika ini benar, ada relevansinya dengan statement bahwa pesantren mendapat pengaruh dari tradisi lokal.
Model pendidikan agama jawa yang diadaptasi itu disebut pariwayatan, berbentuk asrama dengan rumah guru yang disebut Kiajar ditengah-tengahnya. Sistem pendidikan ini diambil dengan mengganti nilai ajarannya menjadi nilai ajaran Islam.[4] Pengambilan model meniru dan mengganti ini juga terjadi dalam sistem pewayangan.
Proses adaptasi sistem pendidikan itulah yang menguatkan penilaian selama ini bahwa pendidikan pesantren  disebut sisten pendidikan produk Indonesia. Nurcholish Madjid menyebut dengan istilah indegenous (pendidikan asli Indonesia).[5] Sistem pendidikan asli Indonesia ini pernah menganut dan memiliki daya tawar yang tinggi sebagai antitesis terhadap sistem pendidikan Belanda. Karel A. Streenbrink mengungkapkan bahwa pada 1930-an, sistem pesantren yang sering disebut sistem pendidikan asli indonesia dapat menyaingi pendidikan Barat yang materialis dan bertujuan mempersiapkan tenaga untuk fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat dan untuk mencari uang.[6]
Selanjutnya pesantern adalah sistem pendidikan yang melakukan kegiatan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan bersama guru, kiai dan senior mereka. Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara santri-guru-kiai dalam proses pendidikan berjalan intensif, tidak sekedar hubungan formal ustadz-santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan pendidikan berlangsung sepanjang hari, dari pagi hingga malam hari.[7]
Sistem pendidikan ini membawa keuntungan, antara lain : pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat terdapat perilaku santri baik yang terkait dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun kepribadiannya. Keuntungan kedua adalah adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh pengetahuan yang diterimanya. Dalam teori pendidikan diakui bahwa belajar satu jam yang dilakukan lima kali lebih baik daripada belajar selama lima jam yang dilakukan sekali , padahal rentangan waktunya sama. Keuntungan ketiga adalah adanya proses pembiasaan akibat interaksinya setiap saat baik sesama santri, santri denga ustadz maupun santri dengan kiai. Keuntungan lainnya adalah adanya integrasi antara proses pembelajaran dengan kehidupan keseharian. Mastuhu menilai bahwa sistem pendidikan pesantren menggunakan pendekatan holistik.[8] Para pengasuh memandang kegiatan belajar mengajar merupakan kesatupaduan atau lebur dalam totalitas kegiatan kehidupan sehari-hari. Akibatnya muncul sikap saling menjaga komitmen dan konsistensi terutama dari pihak pengasuh baik kiai maupun ustadz.  Apa yang dianjurkan oleh kiai maupun ustadz harus terlebih dahulu terefleksi dalam kehidupan keseharian mereka.
Dalam sistem pendidikan ini fungsi keteladanan menjadi sangat dominan. Apalagi ketika dikaitkan dengan doktrin agama. Nabi Muhammad saw menjadi teladan bagi umat manusia, sementara itu para kiai adalah pewaris para Nabi (al-ulama warasat al-anbiya). Maka kronologinya adalah para kiai menjadi teladan bagi umat islam, terlabih lagi di pesantren kiai menjadi teladan bagi santri-santrinya.
Sistem pendidikan pesantren memang menunjukkan sifat dan bentuk yang lain dari pola pendidikan nasional.[9] Maka pesantren menghadapi dilema unuk mengintregasikan sistem pendidikan yang dimiliki dengan sistem pendidikan nasional. Ditinjau dari awal mula sejarah berdirinya pesantren memang tidak dimaksudkan untuk meleburkan dalam sistem pendidikan nasional. Bahkan ketika menghadapi penjajah Belanda, pesantren memiliki strategi isolasi dan konservasi. Akibatnya seperti dituturkan Muhammad Nuh Sholeh, berbagai citra negatif diarahkan pada pesantren. Pesantren seringkali dinilai sebagai sistem pendidikan yang isolasionis terpisah dari aliran utama pendidikan nasional, dan konservatif yakni kurang peka terhadap tuntutan perubahan zaman dan masyarakat.[10] Fungsi yang kedua ini (konservatif) terlihat pada upayanya menjaga ajaran Islam.
Sistem pendidikan pesantren juga sangat bergantung pada selera kiainya. Keahlian dan pengalaman kiai tentu saja turut mewarnai sistem pendidikan pesantren yang diasuhnya. Tidak sedikit spesialisasi pengkajian di pesantren disesuaikan dengan spesialisasi keilmuan yang dimiliki kiainya. Pilihan ini masih dalam batas kewajaran atau keniscayaan, yang menarik justru sikap independen kiai dalam menetukan corak sistem pendidikan pesantrennya.
Oleh karena itu, sistem pendidikan pesantren masih belum memiliki kesamaan dasar di luar penggunaan buku-buku wajib (kutub al-muqarrarah). Keragaman ini timbul karena ketidaksamaan dalam sistem pendidikannya. Ada pesantren yang menyelenggarakan pengajian tanpa madrasah/sekolah, ada pesantren yang hanya menggunakan sisitem pendidikan madrasah secara klasikal, dan ada pula pesantren yang menggabungkan sistem pengajian dan sistem madrasah secara non klasikal. Pada sistem madrasah non klasikal ini, materi pelajaran diberikan secara berurutan dari kitab-kitab lama yang sudah umum dipakai dalam pengajian. Maka tidak mungkin ada penyatuan kurikulum pesantren selama masih ada perbedaan – perbedaaan cukup besar dalam sistem pendidikan yang dianut.[11]
Kuatnya independensi tersebut menyebabkan pesantren memiliki kebebasan relative yang tidak harus mengikuti model baku yang ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Pesantren bebas mengembangkan model pendidikannya tanpa harus mengikuti standarisasi dan kurikulum yang ketat.[12] Pesantren selalu memberikan kebebasan dalam menentukan pola kebijakan pendidikannya. Maka pesantren menggunakan prinsip kebebasan terpimpin dalam menjalakan kebijaksanaan pendidikannya.
Kebebasan terpimpin di sini adalah kebebasan dalam memilih, memutuskan dan menjalankan kebijakan pendidikan sesuai dengan kehendak kiainya. Terhadap kebijakan pemerintah, sistem pendidikan pesantren menempuh sikap sebebas-bebasnya, namun dikalangan intern pesantren sendiri, yang memiliki kebebasan adalah kiainya. Para ustadz tidak berkenan menetukan kebijakan pendidikan pesantren, terlebih para santri.
Lantaran tingkat pluralitas yang tinggi, independensi yang kuat kondisi – kondisi yang berjalan alamiah menyebabkan adanya kesulitan memberikan rumusan, definisi, dan konseptualisasi secara pasti tentang pesantren. Memang ada pengamatan, hasil penelitian dan analisis, tetapi tetap saja tidak bisa mewakili pluralitas dan otonomi – intelektual masing – masing pesantren.[13] Rata – rata kesulitan yang dihadapi peneliti ketika mengadakan penelitian tentang pesantren adalah menyangkut keragaman atau variasi pesantren tersebut karena tidak bisa digeneralisasi, sehingga penjelasan yang bisa diberikan lebih mencerminkan kasusu per kasus.
Sisi negatif lain yang terdapat pada sistem pendidikan pesantren adalah kesemrawutan organisasi. M.M. Billah melaporkan bahwa hubungan antar pesantren secara menyeluruh hampir tidak ada standarisasi, baik tentang silabus, kurikulum dan bahkan literaturnya maupun sistem penerimaan, promosi, gradasi santri, dan tartan ilmu yang diterima oleh santri.[14] Hampir semua proses pembelajarannya tidak melalui perencanaan yang matang dan standart – standart yang ketat.
Sehingga, di dalam pesantren tradisional tidak dikenal sistem kelas. Kemampuan siswa tidak dilihat kelas berapanya, tetapi dilihat dari kitab apa yang dibacanya. Orang – orang pesantren telah dapat mendudukan derajat ilmu seorang santri atas dasar kitab yang dibacanya.[15] Misalnya, seorang santri telah ikut mengkaji kitab Ihya’ Ulum al-Din maka ia dianggap memilki kemampuan yang cukup tinggi karena peserta pengkajian kitab tersebut dari kalangan santri senior, yang tentu terbatas sekali.
Perbedaan lainnya anatara pesantren dengan pendidikan formal adalah kesuksesan belajar santri. Jika ada santri yang belajar di pesantren hingga 27 tahun, maka penilaian orang berarti dia memilki kemampuan yang tinggi. Sebaliknya di perguruan tinggi, kalau ada seorang mahasiswa yang menyelesaikan program S-1 dalam waktu 3 tahun berarti hebat. Jika sampai membutuhkan waktu 10 tahun untuk S-1 berarti mengalami kelambanan serius.
Pada bagian lain “secara tradisional sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren memilahkan secara tegas aspek pengembangan intelektual dan aspek kepribadian”.[16] Sistem pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembinaan kepribadian daripada pengembangan intelektual, sehingga daya kritis, tradisi kritik, semangat meneliti, dam kepedulian menawarkan sebuah konsep keilmuan tidak muncul di pesantren.
Eksistensi Pesantren ternyata sampai hari ini, ditengah-tengah deru modernisasi, pesantren tetap bisa bertahan  (survive) dengan identitasnya sendiri. Bahkan akhir-akhir ini para pengamat dan praktisi pendidikan dikejutkan dengan tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pedidikan pondok pesantren di tanah air ini. Pertumbuhan pesantren yang semula rural based institution menjadi juga lembaga pendidikan urban, bermunculan juga di kota-kota besar. Di samping banyak juga pendidikan umum yang mengadopsi aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan pesantren. Mengadopsi sistem asrama dengan menyebutnya “boarding school”. Sistem “boarding” tentu saja merupakan salah satu karakteristik dasar sistem pendidikan pesantren
Satu hal lagi yang perlu kita catat bahwa tidak sedikit pemimpin-pemimpin bangsa ini, baik pemimpin yang duduk dalam pemerintahan maupun yang bukan, formal atau informal, besar maupun kecil, dilahirkan oleh pondok pesantren..
Proses Pembalajaran di Pesantren
Sebagaimana halnya kurikulum, proses pembelajaran madrasah atau sekolah yang di selenggarakan oleh pondok pesantren juga menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan metode pembelajaran di madrasah atau sekolah lain, di luar pondok pesantren. Metode pembelajaran yang di gunakan di lembaga pendidikan formal lain yang di selenggarakan oleh pondok pesantren, selain madrasah dan sekolah, pada umumnya mengikuti metode yang berkembang di madrasah atau sekolah.[17]
Proses pembelajaran di pondok pesantren salafiyah ada yang menggunakan metode yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang di selenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut sebagai metode pembelajan asli (original) pondok pesantren. Disamping itu ada pula yang menggunakan metode pembelajaran modern (tajdid). Metode pembelajaran modern merupakan metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pondok pesantren dengan memasukkan metode yang berkembang pada masyarakat modern, walaupun tidak selalu diikuti dengan menerapkan sistem modern, yaitu sistem sekolah atau madrasah.[18]
Berikut ini beberapa metode pembelajaran tradisional yang menjadi ciri utama proses pembelajarn di pondok pesantren salafiyah[19] :
  1. Metode Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kiai atau pembantunya (badal. Asisten kiai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang seorang santri berhadapan langsung dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim.
Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk kiai atau ustadz, di dapannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Santri-santri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh kiai atau ustadz sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran di panggil.
Metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat bermakna karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan pembacaan kitab di hadapan kiai. Mereka tidak hanya senantiasa dapat dibimbing dan diarahkan cara membacanya tetapi dapat dievaluasi perkembangan kemampuannya.
Metode sorogan adalah bagian wajib dalam pesantren. Metode ini telah menjadi bagian pembelajaran pesantren dari berabad-abad tahun yang lalu. Seiring perkembangan dalam dunia pendidikan seperti munculnya sekolah-sekolah binaan pemerintah bahkan sampai sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, pesantren tetap konsisten dengan metode khasnya itu. Memang seakan terjadi stagnasi disini. Dimana lembaga-lembaga pendidikan modern banyak bermunculan dengan menggembar-gemborkan standar dan mutu kualitas masing-masing, justru pesantren tetap istiqomah dengan metode klasikalnya.
  1. b. Metode Wetonan/Bandongan
Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan sesudah melakukan shalat fardu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang menerangkan pelajaran secarah kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di jawa barat di sebut dengan bandongan.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ini, biasanya dilakukan langkah-langkah berikut ini:
  1. Kiai menciptakan komunikasi yang baik dengan para santri.
  2. Memperhatikan situasi dan kondisi serta sikap para santri apakah sudah siap untuk belajar atau belum?
  3. Seorang kiai atau ustadz dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membaca teks arab gundul kata demi kata disertai dengan terjemahannya dan pembacaan tanda-tanda khusus (seperti “utawi”, “iku”, “sopo” dan sebagainya) pada topik/pasal tertentu disertai pula dengan penjelasan dan keterangan-keterangan.
  4. Pada pembelajaran tingkat tinggi, kiai atau ustadz kadang-kadang tidak langsung membaca dan menerjemahkan, tetapi menunjuk secara bergiliran kepada para santrinya untuk membaca dan menerjemahkan sekaligus menerangkan suatu teks tertentu.
  5. Setelah menyelesaikan pembacaan pada batasan tertentu, kiai atau ustadz memberu kesempatan kepada para santri untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Jawaban dilakukan langsung oleh kiai atau ustadz atau memberi kesempatan terlebih dahulu pada para santri yang lain.
  6. Sebagai penutup kiai atau ustadz menjelaskan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran diatas, seoorang kiai/ustadz biasa melakukannya melalui dua macam tes. Pertama: pada setiap tatap muka atau pada tatap muka tertentu. Kedua: pada saat telah dikhatamkannya pengkajian terhadap suatu kitab tertentu.
  1. Metode Musyawarah/BahtsulMasa’il
Metode musyawarah atau dalam istilah lain BahtsulMasa’il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh kiai atau ustadz, atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ini, kiai atau ustadz biasanya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan berikut:
  1. Peserta musyawarah adalah para santri yang berada pada tingkat menengah atau tinggi.
  2. Peserta musyawarah tidak memiliki perbedaan kemampuan mencolok. Ini di maksudkan sebagai upaya untuk mengurangi kegagalan musyawarah.
  3. Topik atau persoalan (materi) yang dimusyawarahkan biasanya di tentukan terlebih dahulu oleh kiai atau ustadz pada pertemuan sebelumnya.
  4. Pada beberapa pesantren yang memiliki santri tingkat tinggi, musyawarah dapat dilakukan secara terjadwal sebagai latihan untuk para santri.
  1. d. Metode Pengajian Pasaran
Metode pangajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pnegkajian materi (kitab) tertentu pada seorang kiai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu.
Dalam prespektif lebih luas, pengajian pasaran ini dapat dimaknai sebagai proses pembentukan jaringan-jaringan kitab-kitab tertentu diantara pesantren-pesantren yang ada. Mereka yang mengikuti pengajian pasaran di tempat tertentu akan menjadi bagian dari jaringan pengajian pesantren itu. Dalam konteks pesantren hal ini amat penting karena akan memperkuat keabsahan pengajian di pesantren-pesantren para kiai yang telah mengikuti pengajian pasaran itu.
  1. e. Metode Hafalan (muhafadzah)
Metode hapalan metode hapalan adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan kiai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian dihafalkan kepada kiai atau ustadz secara periodik atau insidental tergantung pada kiai atau ustadz yang bersangkutan.
Titik tekan metode ini adalah santri mampu mengucapkan atau melafalkan kalimat-kalimat tertentu secara lancar pada teks. Pengucapan tersebut dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Metode ini dapat juga di gunakan dengan metode bendongan atau sorogan.
Untuk mengevaluasi kegiatan belajar dengan metode ini dilakukan dengan dua macam evaluasi. Pertama : dilakukan pada setiap kali tatap muka, yang kedua: pada waktu telah dirampungkan/diselesaikannya seluruh hafalan yang ditugaskan pada santri.

  1. f. Metode Demonstrasi (praktek ibadah)
Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemontrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan kiai atau ustadz, dengan contoh kegiatan sebagai berikut :
  1. Para santri mendapat penjelasan/teori tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang akan di praktekkan sampai mereka betul-betul memahaminya.
  2. Para santri berdasarkan bimbingan kiai/ustadz mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan praktek.
  3. Setelah menentukan waktu dan tempat para santri berkumpul untuk menerima penjelasan singkat berkenaan dengan urutan kegiatan yang akan dilakukan serta pembagian tugas kepada para santri berkenaan dengan pelaksanaan praktek.
  4. Para santri secara bergiliran/bergantian memperagakan pelaksanaan praktek ibadah tertentu dengan dibimbing dan diarahkan oleh kiai atau ustadz sampai benar-benar sesuai kaifiat (tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya).
  5. Setelah selesai kegiatan praktek ibadah para santri diberi kesempatan mempertanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung kegiatan.

TRADISI PESANTREN
  1. A. Hubungan Antarsantri
Dalam tradisi pesantren dikenal adanya dua kelompok santri. Mereka adalah “santri mukim” dan “santri kalong”. Santri mukim adalah para santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren pada pondok yang disediakan oleh pesantren yang bersangkutan. Sedangkan, santri kalong adalah murid-murid atau para santri yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk pelajarannya di pesantren mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Dinamakan kalong mungkin karena ada kaitannya dengan kebiasaan santri yang nglaju (bolak-balik), dimana mereka di dalam menuntut ilmu pada pesantren berangkatnya menjelang sore, kemudian pulang tengah malam, dan malahan pagi hingga bagaikan kalong. Karena itulah mereka disebut sebagai “santri kalong”.[20]
Ada berbagai alasan mengapa santri menetap di suatu pesantren. Dhofier mengemukakannya dengan tiga alasan, yaitu:
  1. Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren
  2. Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian, maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal; dan
  3. Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya[21].
Santri mukim yang paling lama (senior) tinggal di pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Di samping itu, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Malah, beberapa diantaranya ada yang dipercaya oleh pemimpin pesantren sebagai penyebar agama (mubaligh). Mereka tentunya adalah tidak hanya memiliki pengetahuan yang dalam mengenai soal agama, tetapi juga ramah dan pandai bicara, sehingga menarik perhatian khalayak ramai.
Hubungan antara santri senior dengan yunior tampaknya bergantung usia antara santri senior dan yunior itu sendiri serta konteks di mana mereka berkomunikasi. Hubungan yang terjadi antara santri senior dan yunior yang usianya jauh lebih tua, polanya lebih mengarah ke hubungan antara orang tua dan anak, hubungan antara ustad/ kyai/ guru dan murid. Santri senior berperan menjadi pengganti orang tua santri yunior karena menurut apa yang dipesankan oleh orang tua para santri ketika menitipkan anaknya.
Sebagaimana layaknya orang tua, dalam berbagai kesempatan santri senior  menasehati kepada santri yunior agar belajar yang tekun, jauhilah segala yang dilarang oleh Allah dan tatatilah serta lakukanlah apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang Islam, dan lain sebagainya termasuk hal-hal yang menyangkut pakaian dan kebersihan kamar yang mereka tempati. Semuanya, tanpa terkecuali , jika melanggar aturan-aturan yang ditetapkan akan dikenai sanksi. Suasana pondok bagaikan sebuah keluarga yag luas. Sementara itu di sisi lain, hubungan antara santri senior dan yunior yang umumnya tidak terpaut jauh coraknya dapat dikatakan sebagai hubungan persaudaraan (kakak dan adik).
Hubungan antar santri yunior lebih mengarah ke corak hubungan pertemuan. Di dalam struktur pesantren kedudukan mereka adalah sama. Oleh karena itu, dalam pergaulan mereka menunjukkan sikap yang bebas tetapi masih dalam batas kewajaran. Dalam satu pondok/ asrama mereka kenal satu sama lain, walaupun tingkat keakraban satu sama lain berbeda karena ini menyangkut kecocokan. Kesamaan daerah asal untuk selamanya membuat mereka bersahabat.[22]
Lepas dari masalah dekat dan tidak begitu dekatnya hubungan antar santri yunior sebagai teman, yang jelas bahwa mereka sama-sama sebagai perantau yang dengan sendirinya jauh dari orang tuanya. Oleh karena itu setiap santri berusaha mengatur uangnya agar setidak-tidaknya uang habis tetapi wesel (kiriman) datang. Namun karena berbagai hal baik dari dirinya maupun dari luar dirinya seperti untuk pengeluaran yang tak terduga ataupun wesel (kiriman) yang terlambat datang, sering terjadi uang habis sementara kiriman yang ditunggu belum datang. Jika hal ini terjadi biasanya yang mempunyai persediaan uang yang cukup akan meminjaminya. Masalah utang dengan sesama santri tampaknya memang bukan hal yang baru. Bahkan, masalah pinjam meminjam pakaian adalah biasa, walaupun adakalanya menjengkelkan.
Sementara itu hubungan antara santri mukim dengan santri kalong pada umumnya hanya terbatas pada teman sepengajian. Seperti halnya antar santri mukim, antara santri mukim dan santri kalong juga tidak lepas dari persaingan, terutama dalam menuntut ilmu agama, walaupun pada akhirnya tempatnya santri mukim lebih serius dibanding santri kalong yang umumnya hanya sekedar tidak buta sama sekali mengenai agama.
  1. B. Hubungan antara Kyai dan Santri
Kyai adalah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Sehubungan dengan ini sudah sewajarnya jika pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya.[23]
Kebanyakan kyai beranggapan bahwa suatu pesantren dapat diibaratkan sebagai kerajaan kecil di mana kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan kewenangan (power and authority) dalam kehidupan dan lingkungan pesantren. Tidak seorang pun santri atau orang lain yang dapat melawan kekuasaan kyai (dalam lingkungan pesantrennya) kecuali kyai lain yang lebih besar pengaruhnya. Para santri selalu mengharap dan berpikir bahwa kyai yang dianutnya merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri (self confident), baik dalam soal-soal pengetahuan Islam maupun dalam bidang kekuasaan dan manajemen pesantren.
Meskipun kebanyakan kyai tinggal di daerah pedesaan, mereka merupakan bagian kelompok elite dalam struktur sosial, politik dan ekonomi masyarakat Jawa. Kebanyakan mereka memiliki sawah yang cukup namun tidak perlu mengerjakan sendiri. Mereka bukan petani tetapi pemimpin dan pengajar yang memiliki kedudukan tinggi di masayarakatnya. Profesi ini pada gilirannya membuahkan pengaruh yang melampaui batas-batas desa bahkan kabupaten di mana pesantren mereka berada.
Kiai dengan kelebihannya, terutama pengetahuannya tentang Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, dan karenanya mereka dianggap memiliki kedudukan yang terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal mereka menunjukkan kekuasaannya dengan bentuk-bentuk pakaian yang merupakan simbol kealiman yang berupa kopiah dan sorban.
Hubungan pemimpin pesantren dengan para santrinya tampaknya tidak hanya terbatas pada hubungan antara guru dan murid belaka. Tetapi lebih dari itu yaitu hubungan timbal balik di mana santri menganggap kyainya sebagai bapaknya sendiri, sementara itu kyai menganggap santrinya sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus dilindungi (hubungan antara orang tua dan anak).
Peranan kiai sebagai guru tentunya sebagai tempat bertanya. Lalu, peranannya sebagai orang tua, kyai merupakan tempat di mana santri mengadu, terutama jika santri mempunyai masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Kedudukan kiai sebagai orang tua yang dianggap dapat memecahkan masalah secara bijak tampaknya tidak hanya menyangkut masalah santri sebagai individu, tetapi juga masalah yang terjadi antarsantri (senior dan yunior).
Kelangsungan hidup suatu pesantren sangat tergantung kepada daya tarik kyai. Jika pewaris pesantren menguasai sepenuhnya baik pengetahuan keagamaan, wibawa, keterampilan mengajar dan kekayaan lainnya yang diperlukan, maka umur pesantren akan lebih lama bertahan. Sebaliknya pesantren akan mundur dan mungkin hilang jika pewaris atau keturunan kiai yang mewarisinya tidak memenuhi persyaratan. Jadi seorang figur pesantren memang sangat menentukan dan benar-benar diperlukan

Assholach_perbandingan pendidikan Indonesia dengan Malaysia

.
B. Perbandingan sistem pendidikan di Indonesia dan Malaysia
Sistem pendidikan di kedua Negara mempunyai perbedaan diantara satu level pendidikan satu dengan yang lain, sehingga diharapkan setelah kita melihat perbedaan perbandingan dikedua Negara ini secara seimbang dan proposional sehingga diakhir makalah ini  kita dapat mempelajari hal-hal baru yang mungkin saja dapat diadaptasi kedalam sistem pendidikan di Indonesia. Sebelum membandingkan system pendidikan di Negara Malaysia, penulis akan mendeskripsikan terlebih dahulu sistem pendidikan di Indonesia. (www.aliemassholach.blogspot.com)

Assholach_cara berbisnis

Apa yang Anda lakukan ketika membuka internet?? Kira-kira berapa prosentase aktivitas Anda didepan komputer memberikan keuntungan/profit yang memakmurkan rekening bank Anda? Atau mungkin anda memperoleh informasi seperti yang Anda perlukan dan cari selama ini.Atau bahkan mungkin sebaliknya, Anda menghabiskan waktu selama browsing sekedar untuk bersenang-senang.

Inilah masalah yang saya hadapi bila sedang browsing.Banyak waktu yang saya hamburkan sekedar chating dengan teman di facebook, baca status yang saya gak ngerti tingkat kebenaranya, lalu memberi komentar untuk menyenangkan teman kita. Atau masuk dan membaca komentar di forum yang satu kesukaan dan hobby dengan kita, seperti di forum kaskus atau forum-forum yang lainnya yang sangat banyak di internet.Apakah Anda mengalami kejadian seperti yang saya alami. Atau bahkan lebih parah?? Anda habiskan waktu sekedar main game online?

Semoga Anda lebih baik dari saya, browsing yang anda lakukan memang benar-benar sesuai kebutuhan dan sangat memberi manfaat buat Anda. Saya selalu berpikir untuk hanya browsing internet ketika memang dibutuhkan dan bermanfaat namun selalu tersesat berlarut-larut menyusuri dunia maya. Sepertinya saya harus selalu menyadarkan diri dan buru-buru membawa pikiran saya ke arah yang benar, bahkan harus bekerja keras dan mati-matian. Begitulah selalu berulang kejadiannya, tersesat-sadar-tersesat lagi-sadar lagi dan saya selaalu berharap berada di alam kesadaran.Supaya waktu browsing internet itu memiliki nilai investasi yang suatu saat nanti bisa diambil manfaatnya.

Dunia maya di internet bisa menghasilkan profit dan manfaat lain secara nyata bila kita mengerti cara dan bisa mengelolanya. Cobalah ketik bisnis online di browser anda, akan Anda peroleh ribuan halaman yang disarankan oleh Google.Artinya ada peluang besar yang dijalankan orang tentang bagaimana memanfaatkan internet untuk bisnis yang profit. Benaar?? Ya benar. Buktinya ribuan toko online bisa Anda dapatkan di internet. Masalahnya apakah kita masih bergelut diinternet sekedar main game atau chating dan lain-lain. bahkan menjadi penonton kesuksesan orang lain?

Ganjalan dipikiran saya inilah yang membawa saya ke pencarian panjang, bisnis apa yang bisa dan cocok dengan saya di dunia maya ini. Perjalan kini membawa saya sampai pada Bisnis Online PTR "Paid To review". Memang bukan pavorit usaha di dunia maya tapi bisa menjadi salah satu sumber uang. Ya tentu Anda harus mau meluangkan waktu mencari informasi bagaimana menjalan usaha PTR ini. Atau Anda bisa belajar kepada orang yang sudah berpengalaman, tapi kalau memiliki modal sedikit lebih baik belajar ke orang yang lebih profesional di bidang PTR ini misalnya IMplus.

Apakah Anda sudah sedikit terbuka untuk lebih mengembangkan hobby main internet menjadi pekerjaan yang menghasilkan?? Ada baiknya mencoba, karena saya juga sudah mencoba.

Assholach_tafsir surat al-ikhlas tentang pendidikan

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Dalam ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa Allah adalah satu.
Allah adalah tunggal tidak Tuhan selain allah. Maka dalam pendidikan yang perlu ditanamkan adalah rasa tauhid yang benara. Rasa bertuhan yang benar dan mengetahui siapa yang pantans dan berhak untuk disembah.
Dalam segala hal kita dituntut oleh Allah untuk selalu bergantung hanya kepada Allah, bukan bergantung kepada orang lain. Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat kedua dari suarat al-Ikhlas adalah sebuah pelajaran tentang tauhid, tentang kehebatan Allah sebagai sumber rujukan, sumber tempat bergantung semua makhluk.
Yang perlu disadari adalah bahwa Allah tidak mempunyai anak dan istri, tidak mempunyai keturunan. Maka dalam dunia pendidikan, menanamkan akidah kepada anak didik hendaknay didasari oleh pengetahuan yang baik dan mendalam.
Pada ayat keempat Allah member informasi bahwa di dunia ini dan di alam araya ini tidak ada yang setara dengan Allah. Tidak satupun makhluk ciptaannya sama dengan Allah. Hal mrmbuktikan Al-Quran benar-benar berisi berbagai hal yang dibutuhkan manusia.

Pendidikan (Tafsir QS. Ar-Rahman: 5-6 dan QS. An-Nahl: 43-44)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.

Keluasan Al-Quran dalam konsep pendidikan tersebut telah mendorong penulis untuk menggali salah satu dari konsep tersebut, untuk itu dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan sedikit tentang salah satu konsep tersebut, yaitu yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.
B.     Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan berdasarkan kepada tujuan-tujuan di bawah ini :
1.      Untuk mengetahui bagaimana konsep subjek pendidikan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana tafsir QS. Ar-Rahman ayat 5-6 dan QS. An-Nahl ayat 43-44.
3.      Untuk mengetahui bagaimana konsep subjek pendidikan menurut QS. Ar-Rahman ayat 5-6 dan QS. An-Nahl ayat 43-44.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Subjek pendidikan
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali terhadap keberhasilan atau gagalnya pendidikan (Langgulung, 1992), disebabkan banyak hal yang melatarbelakangi sipendidik.
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq (96) 4-5 (Shihab, 2004 : 65).
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam surat al-Baqarah (2): 31
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Dalam Surat al-Rahman, ayat 1-4
Artinya: (Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
Untuk mendapatkan keterangan yang jelas tentang subjek pendidikan kita harus melihatnya dari definisi yang ada.
1.      Pengertian pendidik
Secara etimologi pendidik adalah orang yang memberikan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti “teacher” artinya guru yang mengajar dirumah.
Sementara itu bila kita merujuk kepada hasil konferensi internasional Islam I di Mekah tahun 1977, pengertian pendidikan mencakup tiga pengertian sekali gus yakni tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Dapat kita ambil pemahaman, pengertian pendidik dalam islam adalah Murabbi, Mu’allim dan Mu’addib.
Pengertian mu’allim mengandung arti konsekuensi bahwa pendidik harus mu’allimun yakni menguasai ilmu, memiliki kreatifitas dan komitmen yang tinggi dalam mengembangkan ilmu.Sedangkan konsep ta’dib mencakup pengertian integrasi antara ilmu dengan amal sekaligus, karena apabila dimensi amal hilang dalam kehidupan seorang pendidik, maka citra dan esensi pendidikan Islam itu akan hilang.
Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustaz, Mudarris, Mu’allim, dan mu’addib. Secara keseluruhan kata-kata tersebut terhimpun dalam satu kata pendidik karena semua kata tersebut mengacu kepada seorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kepada orang lain.
Secara terminologi terdapat beberapa pendapat pakar pendidikan tentang pengertian pendidik, antara lain:
1.      Ahmad D. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik.
2.      Ahmad Tafsir menyatakan bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di barat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap peserta didik.
3.      Muri Yusuf, mengemukakan bahwa pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Pendidik
Orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a.      orang tua
orang tua disebut pendidik kodrati, karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak. Disebut juga orang yang menjadi pendidik pertama. Sebab secarea alami anak padan masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah orang tuanya. Kalau orang tua sudah meninggal maka tugas ini digantikan oleh orang yang bertanggung jawab mendidik anak dalam keluarga, dikenal juga dengan istilah wali.
b.      orang lain seperti Guru, Dosen, Pelatih, Pembimbing, juga masyarakat.
Dalam alQur’an Allah mencontohkan bagaimana nabi9 Isa belajar kepada khaidir. Sebagimana terdapat dalam surat al-Kahfi(18) ayat 66
Artinya: Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
Sejalan dengan tuntunan perkembangan manusia, orang tua dalam situasi tertentu atau sehubungan dengan bidang kajian tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya. Untuk itu mereka melimpahkan tanggung jawab mereka kepada orang lain yang mereka anggap pantas dan professional. Pelimpahan itu bukan berarti tanggung jawab orang tua dalam pendidikan tidak ada lagi, justru disini orang tua benar-benar harus punya kemampuan dalam menyikapi perkembangan sianak. Dikarenakan banyaknya mereka temui yang akan mempengaruhi perkembangan moral, emosiona, dan kematangan berfikir mereka (anak).
3.      Syarat pendidik
a.       Syarat fisik
Seorang pendidik harus berbadan sehat, tidak memiliki penyakit yang mungkin akan mengganggu pekerjaannya. Seperti penyakit menular.
b.      syarat psikis
seorang pendidik harus sehat jiwanya (rohani)nya, tidak mengalami gangguan jiwa, stabil emosi, sabar, ramah , penyayang, berani atas kebenaran, mempunyai jiwa pengabdian, bertanggung jawab dan memiliki sifat-sifat positif yang lainnya.
c.       syarat keagamaan
seorang pendidik harus seorang yang beragama dan mengamalkan agamanya. Disamping itu dia menjadi figur dalam segala aspek kepribadiannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahal (16): 43-44
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab] jika kamu tidak mengetahui. Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran] dan supaya mereka memikirkan.
d.      Syarat teknis
Seorang pendidik harus memiliki ijazah sebagai bukti kelayakan pendidik menjadi seorang guru.
e.       Syarat Pedagogis
Seorang pendidik harus menguasai metode pengajaran, menguasai materi yang akan diajarkan, dan ilmu lain yang mendukung ilmu yang dia ajarkan.
f.       syarat administrative
syarat pendidik harus diangkat oleh pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru. Sehingga ia diberi tugas untuk mendidik dan mengajar. Dan dia benar-benar mengabdikan dirinya sepenuh hati dalam provesinya sebagai gurun.
Semua ketentuan tentang pendidik di atas, itu hanya terbatas pada kriteria pendidik dalam dunia pendidikan, karena itu cakupannya lebih sempit dan terbatas. Untuk melengkapi kriteria subjek pendidikan dalam arti yang luas, berikut akan kami paparkan Tafsir surat Ar-Rohman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44.
B.     Tafsir Surat Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl 43-44
1.      Tafsir Ar-Rahman ayat 5-6
الشَّمْسُوَالْقَمَرُبِحُسْبَانٍ (5)وَالنَّجْمُوَالشَّجَرُيَسْجُدَانِ (6)
5.      Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan
6.      Dan tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
Ayat ini memiliki korelasi yang kuat dengan ayat sebelumnya (1-4).
Artinya: (Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
Ar-Rahman ayat 1-4 ini menjelaskan tentang bagaimana Allah dalam sifatnya Yang Maha Kasih Sayang telah mengajarkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. untuk kemudian dijadikan landasan utama bagi kaum muslimin dalam mengarungi kehidupan di dunia. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa :
تَرَكْتُفِيكُمْأَمْرَيْنِلَنْتَضِلُّوامَاتَمَسَّكْتُمْبِهِمَاكِتَابَاللَّهِوَسُنَّةَنَبِيِّهِ
Aku telah meninggalkan 2 perkara untuk kalian, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yakni kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Nabi-Nya.
Kemudian Allah menciptakan manusia dan mengajarkan bayan kepadanya.  Para ulama beda pendapat dalam menafsirkan kata bayan. Menurut Qotadah, bayan adalah kebaikan dan keburukan, tafsir wajiz menafsirkannya dengan Al-Quran yang di dalamnya mengandung penjelasan tentang segala sesuatu, atau mengajarkan tentang berbicara kepada Adam. menurut Hasan, bayan adalah berbicara. Pendapat ini dianggap kuat oleh Ibnu Katsir dengan alasan bahwa konteks kalimat adalah Allah mengajarkan Al-Quran, maka untuk mempermudah dalam pembelajaran Al-Quran tersebut kemudian Allah mengajarkan berbicara kepada manusia.
Pada ayat kelima, Allah menjelaskan bagaimana matahari dan bulan bisa berjalan dalam porosnya tanpa bertabrakan, semua itu adalah karena adanya perhitungan yang matang, yang didesain oleh Allah swt. Matahari dan bulan ini berjalan sesuai dengan perhitungan yang telah ditentukan, tidak berbeda dan tidak kacau. Melalui perhitungan yang tepat ini, setiap makhluk Allah mengambil manfaat dari matahari dan bulan untuk kepentingan kehidupannya, seperti penentuan tanggal, melakukan fotosintesis, dan lain-lain.
Pada ayat keenam, Allah menjelaskan bahwa tumbuhan dan pepohonan semuanya tunduk dan bersujud kepada Allah swt. semuanya atas petunjuk dan pengaturan dari Allah swt.
2.      Tafsir An-Nahl ayat 43-44
a.         Ayat 43
وَمَاأَرْسَلْنَامِنْقَبْلِكَإِلَّارِجَالًانُوحِيإِلَيْهِمْفَاسْأَلُواأَهْلَالذِّكْرِإِنْكُنْتُمْلَاتَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalahkepada orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Ayat ini diturunkan oleh Allah sebagai jawaban kepada orang-orang musyrik Mekah yang mengingkari kepada kenabian Muhammad saw. Mereka berkata : “Allah Maha Agung dari hanya mengutus rasul-Nya seorang manusia, kenapa Allah tidak mengutus kepada kami seorang malaikat ?” Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai jawabannya. Ayat ini menegaskan bahwa rasul-rasul sebelum nabi Muhammad pun adalah manusia biasa yang diberi wahyu, jika kalian tidak percaya maka tanyakanlah kepada orang yang memiliki pengetahuan (ahludzikri) apakah rasul mereka manusia atau malaikat ?, jika rasul mereka malaikat maka silahkan kalian untuk inkar, sedang jika rasul mereka adalah manusia maka kalian tidak boleh mengingkari Kerasulan Muhammad saw.
Yang dimaksud dengan ahludzikri pada ayat ini adalah  Ahli kitab-kitab terdahulu, yaitu yahudi dan nasrani.
b.        Ayat 44
بِالْبَيِّنَاتِوَالزُّبُرِوَأَنْزَلْنَاإِلَيْكَالذِّكْرَلِتُبَيِّنَلِلنَّاسِمَانُزِّلَإِلَيْهِمْوَلَعَلَّهُمْيَتَفَكَّرُونَ
(Disertai) Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu Al Quran agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt. telah mengutus rasul-rasul terdahulu dibarengi dengan dalil-dalil yang jelas atas kenabiannya dan kitab samawi, sedang Allah telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Quran agar Nabi Muhammad bisa menjelaskan kepada manusia tentang makna-makna dan hukum-hukum yang masih samar. Selain itu agar manusia bisa mentafakkuri maknanya sehingga mendapat hidayah melalui Al-Quran.
C.    Subjek Pendidikan Menurut QS. Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa subjek pendidikan adalah yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan proses pendidikan. Pada surat Ar-Rahman ayat 1-6 telah jelas dikatakan bahwa yang melakukan proses pengajaran Al-Quran dan bayan adalah Allah swt. maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi subjek pendidikan paling utama adalah Allah swt. Allahlah yang telah mengajarkan kepada manusia bagaimana menangis, berjalan, berbicara sampai manusia bisa menggunakan panca inderanya. Kemudian manusia tumbuh dewasa dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, pada saat itulah secara tidak langsung Allah pun mengajarkan kepada mereka tentang bagaimana cara menggunakan akalnya, begitulah seterusnya sehingga manusia bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya.
Pada surat Ar-Rahman ayat 5, secara eksplisit Allah mengajarkan manusia tentang Astronomi. Dimana manusia bisa menggunakan matahari dan bulan sebagai acuan dalam perhitungan tanggal. Penentuan tanggal ini dilandasi oleh adanya peredaran matahari dan bulan yang beredar sesuai perhitungan yang dikehendaki oleh Allah. Peredaran ini sangat teratur dan memungkinkan adanya kehidupan di dunia.
Adapun pada surat Ar-Rahman ayat 6, Allah menjelaskan tentang bagaimana taatnya tumbuh-tumbuhan dan pepohonan kepada perintah Allah swt. Ketaatan mereka kepada Allah merupakan kehendak Allah yang tak bisa ditawar oleh siapapun.
Pada surat An-Nahl ayat 43, Allah menjelaskan bahwa semua rasul Allah itu adalah manusia yang diberi wahyu bukan malaikat. Tugas utama rasul adalah tabligh (menyampaikan) wahyu dari Allah swt. tak peduli apakah tabligh itu diterima oleh kaumnya atau tidak, tugas rasul hanyalah tabligh. Isi dari tabligh adalah menyampaikan berita gembira (basyiiran) dan berita menakutkan (nadziran). Tentu saja dalam proses penyampaian ini ada proses pembelajaran, yaitu suatu proses yang merubah tingkah laku suatu kaum, dari musyrik menjadi tauhid, dari kufur menjadi iman walaupun tidak semuanya berubah. Dengan demikian maka rasul adalah subjek belajar kedua setelah Allah swt.
Masih dalam ayat 43, Allah menegaskan kepada orang-orang kafir jika kalian tidak percaya bahwa rasul adalah manusia, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan (ahladzdzikri) tentang hal tersebut. Melalui ayat ini kita bisa mengetahui bahwa ketika kita tidak menguasai suatu bidang ilmu, maka hendaknya kita bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang ilmu tersebut, dengan demikian maka kita akan mendapatkan jawaban yang meyakinkan karena dijawab oleh Ahlinya.
Jika kita tarik ke dalam teori pendidikan, maka proses pembelajaran yang disampaikan oleh Allah ini adalah proses pembelajaran inquiry. Yaitu suatu proses pembelajaran dimana anak didik menemukan masalah dan secara aktif siswa tersebut mencari jawabannya. Dalam ayat ini musyrikin Quraisy merasa tidak yakin akan kerasulan Nabi Muhammad, karena Nabi Muhammad adalah seorang manusia, maka Allah memerintahkan kepada musyrikin Quraisy tersebut untuk mencari jawabannya sendiri kepada orang-orang Ahli Kitab, tentang rasul mereka sebelum Nabi Muhammad, apakah berbentuk manusia atau malaikat. Dengan demikian maka subjek pendidikan pada lanjutan ayat 43 ini adalah musyrikin Quraisy atau dalam konteks pendidikan adalah peserta didik. Adapun ahludzdzikri hanyalah sebagai fasilitator atau sumber belajar saja.
Pada ayat 44, Allah menegaskan bahwa kedatangan para rasul terdahulu itu disertai dengan mukjizat dan kitab-kitab sebagai bukti bahwa mereka adalah orang pilihan yang diutus oleh Allah swt. Dalam konteks pendidikan peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar kita merupakan sumber belajar yang tak ternilai harganya. Jika umat terdahulu dengan melihat langsung terhadap mukjizat para rasul maka mereka semakin yakin akan kerasulannya serta semakin kuat keimanannya kepada Allah, maka untuk umat akhir zaman, dengan memperhatikan alam semesta yang terus berkembang dan mengalami perubahan maka manusia bisa memetik pelajaran dari peristiwa alam tersebut yang jika sumbernya dirunut terus menerus maka pada akhirnya akan kembali kepada sang pencipta Allah swt. Jika pengetahuan ini telah ditemukan maka kemudian didokumentasikan dalam bentuk buku yang bisa dibaca kapan saja oleh generasi selanjutnya. Awal dari ayat ini menegaskan secara tidak langsung bahwa sumber belajar itu adalah bayyinat (mukjizat, peristiwa alam) dan zubur (kitab-kitab, buku).
Pada lanjutan ayat 44, ayat ini menegaskan bahwa Allah swt. menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad sebagai media penjelasan kepada manusia tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka. Lanjutan ayat ini sesuai dengan awal ayat, bahwa buku adalah salah satu sumber belajar, hanya saja buku/kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Lanjutan ayat ini juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai rasul merupakan salah satu subjek pendidikan bagi kaumnya, sebagaimana disebutkan di atas bahwa tugas rasul adalah tabligh.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diantara subjek pendidikan yang terkandung dalam surat Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44 adalah :
1.      Allah swt. sebagai peletak dasar pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera dan akal.
2.      Para Rasul, mereka merupakan subjek belajar kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan bekal yang cukup bagi manusia untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan ajarannya.
3.      Subjek pendidikan ketiga adalah umat manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan Rasulnya maka hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya.
Jika ditarik ke dalam dunia pendidikan maka rasul adalah sebagai guru yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik umatnya (peserta didik). Pada saat yang sama peserta didik juga sebagai subjek pendidikan yang secara aktif menggali berbagai pengetahuan di bawah bimbingan guru. Ini sangat sesuai dengan teori pendidikan modern yang menjadikan siswa sebagai subjek pendidikan bukan sebagai objek pendidikan.
  
BAB III
KESIMPULAN
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
QS. Ar-Rahman ayat 5-6 merupakan penjelasan Allah tentang hikmah dari penciptaan matahari dan bulan dimana manusia bisa menentukan penanggalan berdasarkan peredaran matahari dan bulan tersebut. Ini merupakan pembelajaran langsung dari Allah untuk manusia melalui alam semesta. Begitu juga tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon tunduk kepada Allah sebagai bukti akan kekuasaan Allah swt.
QS. An-Nahl ayat 43-44 menjelaskan tentang pembuktian bahwa semua rasul itu manusia, tidak ada alasan tidak menerima kerasulan karena rasulnya manusia. Sebagai bukit kerasulan seseorang Allah memberikan mukjizat dan kitab, begitu juga kepada Nabi Muhammad Allah menurunkan Al-Quran sebagai pegangan hidup manusia.
Subjek pendidikan yang terkandung dalam surat Ar-Rahman ayat 5-6 dan An-Nahl ayat 43-44 adalah :
1.      Allah swt. sebagai peletak dasar pendidikan bagi manusia, melalui penciptaan kehendak, panca indera, akal dan alam semesta sebagai wahana berfikir manusia.
2.      Para Rasul, mereka merupakan sumber belajar kedua setelah Allah swt. Setelah Allah memberikan bekal yang cukup bagi manusia untuk belajar, maka kemudian Allah mengutus para rasul untuk menyampaikan ajarannya.
3.      Subjek pendidikan ketiga adalah umat manusia itu sendiri, dalam arti atas petunjuk dari Allah dan Rasulnya maka hendaknya manusia bisa menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkannya.
  
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Terjemah
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-MAraghi. Terj., Semarang: toha Putra
Beberapa guru tafsir dibawah bimbingan Dr. Abdullah bin Muhsin At-Turki, Tafsir Al Muyassir, Percetakan Raja Fahd.
Fida, Abu, Ismail bin Umar bin Katsir Ad Dimisqi, Tafsir Al-Quranil Al Adzim Juz 8, Daru Thoyyibah, 1999 M/ 1420 H
Hamka, Tafsir Al-Azhar, 2006
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Aslam,Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992
Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2004